20/03/2014
In Memorial H.M. Yunus DM
In Memorial H.M.
Yunus DM
Kenduri 7hari.
Tepat malam jumat yang lalu, seorang kakek yang saya
kagumi berpulang kehadirat yang Maha Kuasa.
(Catatan singkat ini, semoga bisa menjadi pengganti
atas kealpaan saya melayat beliau, sekaligus mengenang harmoni pertemuan saya dengan Almarhum)
Pertemuan
pertama dengan beliau ketika secara tak sengaja bertemu di rumah anaknya.
(T.Ros). Bertepatan dengan sehari setelah Launching Buku 'Jejak Dunia yang
Retak'. Saya pun memberikan buku tersebut kepadanya. Ketika itu menjelang
magrib kami masih asik bicara berdua tentang banyak hal, kisahnya merintis
karir, dari menjual es balok, menjadi guru Olahraga hingga menjadi Anggota
Dewan. Beliau sangat akrab dengan tokoh-tokoh HMI senior seperti Cak Nur yang
modernis. Qurais Shihab adalah sosok ulama yang beliau kagumi yang sebagian
besar bukunya dibaca olehnya. Selain itu ada banyak topik yang kami bicarakan,
seolah bersahutan. Salah satu yang menarik perhatian saya adalah “kesadaran
alam bawah sadar”. Kebetulan topik yang terakhir adalah salah satu tema di
Boot_Camp Training Entrepreneurship Bank Mandiri. Mendengar istilah tersebut
beliau ucapkan, sayapun mengorek lebih jauh tentang jenis kesadaran tersebut.
Beliau pun, menjelaskan secara filosofis hingga praktis. Jenis kesadaran tersebut
ibarat gunung es dalam diri manusia, tapi belum terasah dengan baik, sehingga
perlu latihan untuk mengasah kesadaran tersebut.
Sosok yang cerdas dan bijaksana
Pada Usia
yang terhitung tua kira2 lebih 70 tahun, beliau masih rajin membaca dan menulis. Dua buku karya
beliau dihadiahkan kepadaku bulan muharram yang lalu, Salah satu judulnya “Menyelam di kedalaman Samudra Ilmu Allah”.
Buku yang diterbitkan secara mandiri oleh anak2nya, tidak terlalu tebal tetapi
merupakan intisari dari perjalanan umat manusia mengenali Tuhannya. Seperti biasa, setiap bertemu dengannya kami
hanyut dalam diskusi yang beragam. Tetapi yang paling saya suka dari beliau, ketika
mengulas tentang 'Makrifat' dan 'Kesadaran alam bawah sadar', yang menurut
sebagian besar anak dan cucunya adalah tema-tema yang berat. Makanya dua topik
tersebut menjadi mainstream dalam kedua bukunya tersebut. Amat sangat jarang orang tua yang menulis buku
dan dihadiahkan kepada anak dan cucunya. Uniknya lagi setiap buku sudah ada
namanya, yang menjadikannya spesial untuk si penerima. Menurutku, itu adalah
warisan yang terbaik dan termulia, sebagaimana Nabi mewariskan Al Quran kepada
umatnya.
Di usia
beliau yang melebihi Usia Nabi. Sejauh pengetahuan saya, beliau tidak pernah mengeluh,
dan selalu berusaha mengerjakan dan berusaha memenuhi sendiri kebutuhannya,
amat jarang menyusahkan orang-orang disekitarnya.
Pecinta Ilmu yang sejati.
Pernah, suatu
waktu di tengah bincang-bincang yang serius dengannya tentang tingkatan
kecerdasan manusia ( di BTN Graha Alauddin), tiba-tiba azan ashar di masjid.
Saya berkata, "mungkin mauq shalat Aji?",
beliau menjawab. Ini juga kita sedang shalat. Indah benar jawaban beliau.
Jawaban yang tidak biasa saya dengar dari seorang kakek. Hal ini menunjukkan
ketinggian cintanya terhadap ilmu pengetahuan.
Pertemuan
kami yang terakhir adalah ketika beliau terbaring di rumah sakit Bayangkara. Saya hanya
memijitnya sejenak, dan menyalami tangannya. Tidak sepertin pertemuan yang yang sebelumnya, dimana kami bercenkraman dalam diskusi yang melangit. Dan, ternyata hari itu adalah pertemuan saya yang terkahir dengan beliau, semoga kita bertemu lagi dikehidupan yang lebih indah dan lapang.
Hari itu, saya ditemani ngobrol istri beliau, perjumpaan yang singkat namun mengesankan.
Hari itu, saya ditemani ngobrol istri beliau, perjumpaan yang singkat namun mengesankan.
Tentu, masih
banyak kepribadian beliau yang tidak saya ketahui dan perlu diteladani,
Sisi-sisi kedermawanan, kesederhanaan dan kecintaan pada ilmu adalah mutiara
yang selalu bersinar di setiap zaman.
Saya yakin,
beliau adalah salah satu hamba Allah yang dirindukan oleh penciptaNYA.
Wassalam, Al
Fatihah.
Syamsu Alam
Makassar, 20.03, 2014