15/04/2012
Entrepreurship VS Entrepreneurshit
Enterpreurship VS Enterpreneurshit. "Untuk membuat tempat duduk dari bambu saja saya tidak mampu apalagi membeli mobil" (kata seorang ayah kepada reporter yang mewawancarainya). kira-kira seperti itulah potret masyarakat yang dihadapi oleh Muhammad Yunus, salah satu penerim Nobel Prize bidang ekonomi, tepatnya gagasan tentang Grameenk Bank (GB) yang kini banyak diadopsi oleh program-program pemberdayaan masyarakat. Salah satu yang diterapkan oleh PNPM Mandiri Perdesaan, namun dengan sedikit modifikasi.
Kepercayaan pada kemampuan, kejujuran perempuan membuat GB sukses diaplikasikan di Bangladesh. Hal ini dibuktikan dalam laporan BBC yang penulis baca dalam podcast britishcouncil.com bahwa dominan bahkan diutamakan perempuan (ibu-ibu) yang boleh menjadi nasabah di GB. Inovasi GB ini telah menginspirasi banyak orang diseluruh dunia termasuk di Indonesia tercinta.
Perubahan begitu cepat, kurang dalam hitungan dekade sejumlah konsep derivasi Enterpreneur bermunculan. Ada technopreneur, sociopreneur dan lain-lain. Bahkan sejumlah training dan lomba dilakukan oleh pemerintah dan swasta untuk merangsang minat dan hasrat masyarakat khususnya kaum muda agar terlibat dalam dunia usaha (Enterpreneurship). Salah satu yang penulis pernah ikuti adalah program wirausaha Mandiri.
Sociopreneur sendiri dikenal di Indonesia dengan istilah Bisnis Sosial. Ciri-cirinya seperti yang dirangkum oleh Muhammad Yunus dalam buku Bisnis Sosial sebagai berikut :
1. Tujuan bisnis adalah mengatasi kemiskinan, atau masalah lain (misalnya pendidikan, kesehatan, akses teknologi, dan lingkungan) yang mengancam manusia dan masyarakat bukan untuk memaksimalkan keuntungan.
2. Perusahaan akan berjalan secara berkelanjutan dalam hal finansial dan ekonomi
3.Investor hanya akan mendapatkan kembali uang sejumlah yang diinvestasikannya. Tak ada dividen yang diberikan ketika investasi awal sudah kembali dan perusahaan terus menghasilkan keuntungan.
4 Ketika dana yang diinvestasikan dibayarkan kembai, laba tetap diambil oleh perusahaan untuk perluasan dan perbaikan.
5.Perusahaan akan ramah terhadap lingkungan
6. Angkatan kerja mendapat upah sesuai pasaran tetapi dengan kondisi kerja diatas standar.
7. Dikerjakan dengan senang hati !!!
Sociopreneur berkembang cukup pesat, bahkan distus dan jejaring sosial banyak mengkampanyekan kegiatan-kegiatan sociopreneur. Lain halnya dengan. Pengusaha nakal (enterpreneurshit) yang berusaha dan berbisnis sekedar memuaskan hasrat pribadi, mangakumulasi kapital, mengeksplorasi sumberdaya alam tanpa memperhatikan keseimbangannya bahkan memeksploitasi manusia (tenaga kerja) untuk memenuhi libido keserakahan yang tak berujung.
Kerusakan lingkungan, hancurkan ekosistem hewan dan tumbuhan, bahkan ambruknya sistem sosial kemasyarakatan (kasus Lapindo, kasus Newmont, Freeport dan lain lain). Ketidakstabilan alam dan hilangnya keseimbangan hidup manusia karena ulah segelintir pengusaha nakal (enterpreneurshit). Bahkan kerugian yang ditanggung masyarakat dan negara melebihi pajak yang disetornya.
Tidak dapat dipungkiri bahwa aktifitas industri berkontribusi signifikan terhadap pemanasan global, rusaknya lapisan ozon, dan sejumlah kekhawatiran para ilmuan, pengamat ekonomi, sosial hingga pedagang kaki lima (PKL). Dampak yang paling sering dialami oleh PKL sebagai salah satu aktifitas ekonomi kecil yang diduga dapat menopang perekonomian bangsa, kerap menjadi "korban" aktifitas ekonomi yang lebih besar yang di baking oleh pengusaha besar nan nakal :).
Bukan hanya itu, konstitusi negara pun kadang di otak-otak untuk meyediakan "karpet merah" buat para enterpreneur yang mungkin berpotensi menjadi (shit).
Enterpreneur yang demikian akan melakukan apa saja untuk mencapai tujuannya, semua bisa jadi halal, semua aturan tidak perlu di langgar cukup dibengkokkan sedikit agar tidak memicu amarah para pendemo :-). Terlalu banyak bukti yang menunjukkan betapa perselingkuhan penguasa dan pengusaha yang mencederai hati rakyat Indonesia sebagai konstituen yang mesti diutamakan. Dan kita tidak mesti anti dengan enterpreneur. Karena dipahami enterpreneur yang baik bisa membuat hidup dan memberi kontribusi yang baik pula bagi kehidupan berbangsa dan bernegara.
Sungguh, kita merindukan enterpreneur yang benar-benar "Siiip" "Jempolan" "mantap" yang tidak hanya berbisnis untuk memenuhi hasrat keserakahannya semata. Namun dia juga peduli pada keberlanjutan sistem sosial yang lebih baik, ekosistem alam tetap terjaga, dan yang paling penting tidak menghancurkan kearifan dan nilai-nilai budaya kita yang luhur. Budaya yang menganggap bahwa Anda adalah diri saya yang lain.
wassalam. WAB. Alamyin.
Perubahan begitu cepat, kurang dalam hitungan dekade sejumlah konsep derivasi Enterpreneur bermunculan. Ada technopreneur, sociopreneur dan lain-lain. Bahkan sejumlah training dan lomba dilakukan oleh pemerintah dan swasta untuk merangsang minat dan hasrat masyarakat khususnya kaum muda agar terlibat dalam dunia usaha (Enterpreneurship). Salah satu yang penulis pernah ikuti adalah program wirausaha Mandiri.
Sociopreneur sendiri dikenal di Indonesia dengan istilah Bisnis Sosial. Ciri-cirinya seperti yang dirangkum oleh Muhammad Yunus dalam buku Bisnis Sosial sebagai berikut :
1. Tujuan bisnis adalah mengatasi kemiskinan, atau masalah lain (misalnya pendidikan, kesehatan, akses teknologi, dan lingkungan) yang mengancam manusia dan masyarakat bukan untuk memaksimalkan keuntungan.
2. Perusahaan akan berjalan secara berkelanjutan dalam hal finansial dan ekonomi
3.Investor hanya akan mendapatkan kembali uang sejumlah yang diinvestasikannya. Tak ada dividen yang diberikan ketika investasi awal sudah kembali dan perusahaan terus menghasilkan keuntungan.
4 Ketika dana yang diinvestasikan dibayarkan kembai, laba tetap diambil oleh perusahaan untuk perluasan dan perbaikan.
5.Perusahaan akan ramah terhadap lingkungan
6. Angkatan kerja mendapat upah sesuai pasaran tetapi dengan kondisi kerja diatas standar.
7. Dikerjakan dengan senang hati !!!
Sociopreneur berkembang cukup pesat, bahkan distus dan jejaring sosial banyak mengkampanyekan kegiatan-kegiatan sociopreneur. Lain halnya dengan. Pengusaha nakal (enterpreneurshit) yang berusaha dan berbisnis sekedar memuaskan hasrat pribadi, mangakumulasi kapital, mengeksplorasi sumberdaya alam tanpa memperhatikan keseimbangannya bahkan memeksploitasi manusia (tenaga kerja) untuk memenuhi libido keserakahan yang tak berujung.
Kerusakan lingkungan, hancurkan ekosistem hewan dan tumbuhan, bahkan ambruknya sistem sosial kemasyarakatan (kasus Lapindo, kasus Newmont, Freeport dan lain lain). Ketidakstabilan alam dan hilangnya keseimbangan hidup manusia karena ulah segelintir pengusaha nakal (enterpreneurshit). Bahkan kerugian yang ditanggung masyarakat dan negara melebihi pajak yang disetornya.
Tidak dapat dipungkiri bahwa aktifitas industri berkontribusi signifikan terhadap pemanasan global, rusaknya lapisan ozon, dan sejumlah kekhawatiran para ilmuan, pengamat ekonomi, sosial hingga pedagang kaki lima (PKL). Dampak yang paling sering dialami oleh PKL sebagai salah satu aktifitas ekonomi kecil yang diduga dapat menopang perekonomian bangsa, kerap menjadi "korban" aktifitas ekonomi yang lebih besar yang di baking oleh pengusaha besar nan nakal :).
Bukan hanya itu, konstitusi negara pun kadang di otak-otak untuk meyediakan "karpet merah" buat para enterpreneur yang mungkin berpotensi menjadi (shit).
Enterpreneur yang demikian akan melakukan apa saja untuk mencapai tujuannya, semua bisa jadi halal, semua aturan tidak perlu di langgar cukup dibengkokkan sedikit agar tidak memicu amarah para pendemo :-). Terlalu banyak bukti yang menunjukkan betapa perselingkuhan penguasa dan pengusaha yang mencederai hati rakyat Indonesia sebagai konstituen yang mesti diutamakan. Dan kita tidak mesti anti dengan enterpreneur. Karena dipahami enterpreneur yang baik bisa membuat hidup dan memberi kontribusi yang baik pula bagi kehidupan berbangsa dan bernegara.
Sungguh, kita merindukan enterpreneur yang benar-benar "Siiip" "Jempolan" "mantap" yang tidak hanya berbisnis untuk memenuhi hasrat keserakahannya semata. Namun dia juga peduli pada keberlanjutan sistem sosial yang lebih baik, ekosistem alam tetap terjaga, dan yang paling penting tidak menghancurkan kearifan dan nilai-nilai budaya kita yang luhur. Budaya yang menganggap bahwa Anda adalah diri saya yang lain.
wassalam. WAB. Alamyin.
0 comments:
Post a Comment